Hampir semua orang tentunya sudah tahu tentang Novel “best seller Indonesia” Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata, kisah nyata tentang 10 anak Belitong yang berjuang untuk tetap bisa bersekolah meski terkendala kemiskinan dan keterbatasan fasilitas. Novel tersebut merupakan novel pertama yang seluruh isinya habis saya baca pada sekitar Tahun 2007, karena selain tulisannya menarik juga sangat inspiratif tentang semangat belajar dan mensyukuri hidup.
Sekarang pada Tahun 2008 ini karya sastra tersebut atau lebih tepatnya cerita (ket:bukan karya sastra karena novel tersebut berdasarkan kisah nyata dan bukan fiksi) sudah dapat dinikmati secara audio visual yang diputar serentak di bioskop-bioskop tanah air. Untungnya saya tidak kecewa karena filmnya sangat menarik dan inspiratif untuk ditonton, karena inilah sesungguhnya film bermutu sampai-sampai diusulkan akan diputar setiap tanggal dua mei atau bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Jadi setelah melihat film ini yang sangat bagus, melihat dari jalan cerita, tampilan, hiburan dan pesan moralnya yang sangat inspiratif, dan seperti itulah sebenarnya film, bukan film-film sampah! yang bercerita tentang anti-logika dan mengumbar kemaksiatan! yang miskin pesan moral dan sangat tidak mengibur sekali (maaf bernada keras, maklum aktifis dunia maya). Walaupun begitu saya juga suka film,-film horor namun yang bermutu seperti Pocong 2 itu baru dapat seramnya, film yang bagus lainnya yang inspiratif lainnya yaitu Nagabonar Jadi 2 menurut saya.
Kembali ketopik awal yaitu Laskar Pelangi, meski bagus filmnya namun banyak terjadi pemotongan yang tidak ada di film seperti yang saya baca di novel, ada juga orang-orang yang bernada sedikit kecewa. Namun hakikatnya karya sastra maksimalnya hanya 70% dapat diimplikasikan ke dalam audio vidual (film), dan itulah hebatnya sastra yang mengarahkan pikiran kedalam imajinasi manusia yang tidak terbatas. Jadi penggarapan film tersebut sudah maksimal, apalagi lagu-lagu yang menjadi soundtracknya bagus-bagus sangat mendukung filmnya yang juga sangat bagus, dari lagu pop akustik yang inspiratif, dangdut Bang Haji Oma yang melintas generasi dengan lirik rintihan rakyat yang menyayat hati, sampai dengan lagu melayu lama yang menghanyutkan nostalgi. Sangat menyentuh sekali filmnya, bagi saya sama bagusnya dengan novelnya.
Oleh : Aditya Riezkan
Sekarang pada Tahun 2008 ini karya sastra tersebut atau lebih tepatnya cerita (ket:bukan karya sastra karena novel tersebut berdasarkan kisah nyata dan bukan fiksi) sudah dapat dinikmati secara audio visual yang diputar serentak di bioskop-bioskop tanah air. Untungnya saya tidak kecewa karena filmnya sangat menarik dan inspiratif untuk ditonton, karena inilah sesungguhnya film bermutu sampai-sampai diusulkan akan diputar setiap tanggal dua mei atau bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Jadi setelah melihat film ini yang sangat bagus, melihat dari jalan cerita, tampilan, hiburan dan pesan moralnya yang sangat inspiratif, dan seperti itulah sebenarnya film, bukan film-film sampah! yang bercerita tentang anti-logika dan mengumbar kemaksiatan! yang miskin pesan moral dan sangat tidak mengibur sekali (maaf bernada keras, maklum aktifis dunia maya). Walaupun begitu saya juga suka film,-film horor namun yang bermutu seperti Pocong 2 itu baru dapat seramnya, film yang bagus lainnya yang inspiratif lainnya yaitu Nagabonar Jadi 2 menurut saya.
Kembali ketopik awal yaitu Laskar Pelangi, meski bagus filmnya namun banyak terjadi pemotongan yang tidak ada di film seperti yang saya baca di novel, ada juga orang-orang yang bernada sedikit kecewa. Namun hakikatnya karya sastra maksimalnya hanya 70% dapat diimplikasikan ke dalam audio vidual (film), dan itulah hebatnya sastra yang mengarahkan pikiran kedalam imajinasi manusia yang tidak terbatas. Jadi penggarapan film tersebut sudah maksimal, apalagi lagu-lagu yang menjadi soundtracknya bagus-bagus sangat mendukung filmnya yang juga sangat bagus, dari lagu pop akustik yang inspiratif, dangdut Bang Haji Oma yang melintas generasi dengan lirik rintihan rakyat yang menyayat hati, sampai dengan lagu melayu lama yang menghanyutkan nostalgi. Sangat menyentuh sekali filmnya, bagi saya sama bagusnya dengan novelnya.
Oleh : Aditya Riezkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar