lowongan  kerja di rumah

Rabu, 17 Desember 2008

Evaluasi Kinerja Portofolio

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO

(DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

TREYNOR INDEX, SHARPE INDEX, DAN JENSEN INDEX)

Dalam tahun 60-an, beberapa alat ukur indeks tunggal digunakan untuk mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer keuangan. Alat ukur evaluasi kinerja ini tidak menyebutkan bagaimana dan mengapa manajer keuangan dapat memiliki kinerja yang lebih baik maupun lebih buruk dari tolok ukur. Tiga alat ukur, atau index tersebut adalah Treynor Index, Sharpe Index dan Jensen Index. Ketiga index ini mengasumsikan adanya hubungan linear antara pengembalian (return) portofolio dengan pengembalian dari beberapa index pasar.

1. Treynor Index

Indeks Treynor (Treynor Index) merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko. Kelebihan pengembalian ini didifinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama. Alat ukur risiko dalam Indeks Treynor merupakan risiko sistematis relatif sebagaimana yang diukur oleh beta portofolio, yang dapat diperkirakan dari garis karakteristik portofolio. Treyor menyatakan bahwa Indeks Treynor merupakan alat ukur yang tepat karena dalam portofolio terdiversifikasi penuh, risiko tidak sistematis boleh dikatakan tidak ada. Dalam bentuk persamaan, Indeks Treynor adalah:

Pengembalian portofolio - Suku bunga bebas risiko

Beta portofolio

2. Sharpe Index

Seperti halnya Indeks Treynor, Indeks Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian/risiko (reward/ratio risk). Pembilang pada indeks ini sama dengan pada indeks Treynor. Risiko portofolio diukur oleh standar diviasi portofolio. Oleh karena itu, Indeks Sharpe adalah:

Pengembalian portofolio - Suku bunga bebas risiko

Standar deviasi portofolio

Maka Indeks Sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif terhadap total perbedaan portofolio. Indeks Sharpe dan Treynor akan memberikan peringkat yang serupa jika portofolio uyang dievaluasi merupakan portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Jika portofolio tersebut tidak terdiversifikasi dengan baik, maka peringkat yang diperoleh bisa berbeda.

3. Jensen Index

Indeks Jensen menggunakan model CAPM yang dijelaskan dalam Bab 7, untuk menentukan apakah telah menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks pasar. Analogi empiris dari CAPM adalah:

9.1

dengan : E(Rp) = pengembalian diharapkan dari portofolio

Rf = suku bunga bebas risiko

Βp = beta portofolio

E(RM) = pengembalian diharapkan pada pasar

ε = kesalahan acak (random error)

Dalam bentuk kata-kata:

Kelebihan pengembalian = beta X (kelebihan pengembalian pada indeks pasar)

+ random error

Jika kelebihan pengembalian yang dihasilkan oleh manajer tidak melebihi kelebihan pengembalian yang dijabarkan oleh formula ini, maka manajer tidak memberikan nilai tambah apapun. Meskipun beta histories portofolio menunjukkan harapan atas kinerja bebas informasi; portofolio acak seharusnya memiliki kinerja sebaik ini. Jensen, kemudian, menambahkan factor untuk menunjukkan kinerja portofolio yang berbeda dengan beta-nya. Alpha merupakan alat ukur kinerja manajer. Dengan menggunakan data time-series bagi pengembalian portofolio dan indeks pasar, kita dapat memperkirakan persamaan berikut dengan menggunakan analisis regresi:

9.2

Simbol αp dalam Persamaan 9.2 merupakan pengembalian unik yang dihasilkan manajer keuangan, yaitu :

Kelebihan pengembalian = pengembalian unik + beta x (kelebihan pengembalian

pada indeks pasar) + random error

Alat ukur Jensen adalah alpha atau pengembalian unik yang diperkirakan dari regresi di atas. Jika alpha secara statistic tidak berbeda dari nol, maka tidak terdapat pengembalian unik. Alpha bernilai positif, berarti manajer keuangan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada indeks pasar; sedangkan nila negative, berarti manajer keuangan memiliki kinerja yang lebih rendah daripada indeks pasar.

Seperti halnya indeks Treynor, alat ukur Jensen mengasumsikan bahwa portofolio didiversifikasikan penuh sehingga satu-satunya risiko pada portofolio adalah risiko sistematis.

Estimasi alpha bersifat peka terhadap tingkat beta portofolio. Untuk memperbaiki hal ini, alpha dapat dibagi dengan pengembalian diharapkan portofolio untuk merefleksikan risiko sistematisnya.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/2560903/Pengukuran-Kinerja-portofolio-Dengan-Menggunakan-Pendekatan-Treynor-Index-Sharpe-Index-Jensen-Index-?autodown=doc

Penilaian Kinerja Portofolio

Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio kita perlu menggunakan variable-variabel yang relevan. Variable-variabel tersebut tidak lain adalah tingkat keuntungan dan risiko. Tingkat Keuntungan Tingkat keuntungan yang diperoleh dari pemilik suatu portofolio dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu: (1) kemungkinan adanya perubahan harga sekuirtas sekuritas yang membentuk portofolio tersebut dan (2) pembayaran dividen (atau juga bunga kalau dalam portofolio tersebut terdapat obligasi).

Sebagai missal portofolio kita terdiri dari dua saham, yaitu A dan B. Pada awal periode kita membeli saham A senilai Rp 50 juta dan saham B juga senilai Rp 50 juta. Selama satu tahun saham A membayarkan dividen senilai Rp 5 juta, saham B membayarkan dividen senilai Rp 1 juta. Pada akhir tahun nilai saham A menjadi Rp 55 juta dan saham B menjadi Rp 60 juta. Dengan demikian maka perhitungan tingkat keuntungan portofolio tersebut adalah sebagai berikut.

Capital gains :

Saham A : Rp 5 juta

Saham B : Rp 10 juta

Total Rp 15 juta

Dividen :

Saham A : Rp 2 juta

Saham B : Rp 1 juta

Total Rp 3 juta

Keuntungan selama satu tahun adalah sebesar Rp 18 juta (yaitu Rp 15 juta dari capital gains dan Rp 3 juta dari dividen), dengan nilai investasi awal sebesar Rp 100 juta. Karena itu tingkat keuntungannya adalah Rp 18 %.

Risiko

Kita tahu bahwa pengukur yang relevan bagi pemodal mungkin dinyatakan dalam bentuk deviasi standard tingkat keuntungan portofolio (disebut sebagai risiko total), atau beta portofolio (disebut risiko sistematis). Masalah yang dihadapi adalah menggunakan ukuran yang kedua. Deviasi standard tingkat keuntungan portofolio relevan untuk investor yang menanamkan dananya hanya atau sebagian besar pada portofolio tersebut. Sedangkan pemodal yang memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dananya pada berbagai mutual funds, dengan kata lain melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio, beta lebih tepat dipakai seabagai ukuran risiko.

Teknik Penilaian

Dua cara yang bisa dilakukan dalam penilaian kinerja portofolio adalah (1) melakukan perbandingan langsung, dan (2) menggunakan ukuran kinerja tertentu. Ukuran kinerja tertentu (one-parameter performance measures) perlu dikaitkan dengan risiko.

a. Perbandingan Langsung

Salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkannyadengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama.

b. Menggunakan Kinerja Tertentu

Ada empat parameter yang bisa dipergunakan sebagai ukuran kinerja portofolio. Parameter-parameter tersebut dikaitkan dengan risiko, baik risiko total maupun risiko sistematis. Parameterparameter tersebut adalah (1) excess return to variability measure,

(2) differential return dengan risiko sebagai deviasi standard, (3) excess return to beta, dan (4) differential return dengan risiko diukur sebagai beta.

Sumber : www.geocities.com/cahyat_rohyana/PasarModal_14.pdf

Penilaian Kinerja Portofolio

Dalam penilaian kinerja portofolio, Husnan (2000: 465) menjelaskan bahwa dalam penilaian diperlukan variabelvariabel yang relevan seperti tingkat keuntungan dan risiko. Penilaian terhadap kinerja portofolio merupakan langkah investor dalam mengevaluasi kinerja portofolionya. Pada tahap ini kinerja portofolio akan dibandingkan dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Dalam hal ini kinerja portofolio dari strategi aktif akan dibandingkan dengan kinerja portofolio dari strategi pasif. Evaluasi kinerja portofolio ini diharapkan akan menjawab sejauh manakah portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan kinerja yang memuaskan investor.

Penilaian kinerja portofolio saham dapat dilakukan dengan mempertimbangkan variabel return saja atau melibatkan variabel risiko. Penilaian kinerja portofolio dengan melibatkan variabel risiko akan memberikan informasi yang lebih mendalam tentang sejauh mana suatu return yang dihasilkan oleh portofolio dikaitkan dengan tingkat risiko untuk mencapai return tersebut. Risk Adjusted Return didasarkan pada gabungan antara return dan risiko. Tandelilin (2001:198) menyebutkan bahwa ada tiga ukuran yang dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan risk adjusted return, yaitu sebagai berikut.

a. Indeks Sharpe yang mengukur kinerja

portofolio dengan total risiko sebagai indikatornya. Indeks ini mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya.

Ŝp = Rp – Rf

σ TR

Keterangan:

p Sˆ = indeks Sharpe

Rp= return rata-rata portofolioselama jangka waktu pengukuran

Rf= return rata-rata aset bebas risiko selama jangka waktu pengukuran

σTR = standar deviasi portofolio selama jangka waktu pengukuran

Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko pasar (systematic risk) dengan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja portofolio.

b. Indeks Treynor yang mengukur kinerja

portofolio dengan risiko sistematisnya (beta) sebagai indikator. Indeks ini melihat kinerja portofolio dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut.

Tp = Rp – Rf

βp

Keterangan:

Tp = indeks Treynor

Rp= return rata-rata portofolio selama jangka waktu pengukuran

f R = return rata-rata aset bebas risiko selama jangka waktu pengukuran

βp = risiko sistematik dari portofolio selama jangka waktu pengukuran

Dengan mempertimbangkan risiko sistematik, makin tinggi nilai pengukuran Treynor, makin baik kinerja portofolio.

c. Indeks Jensen yang mengukur kinerja

portofolio dengan risiko sistematisnya (beta) sebagai indikator. Indeks ini menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. (CML).

Ĵp – Rf = αp + [ Rf + (Rm – Rf ) βp]

Keterangan:

Ĵp = return portofolio selama jangka waktu pengukuran t /indeks Jensen

Αp = exess performance portofolio selama jangka waktu pengukuran

Rf = return bebas risiko salama jangka waktu pengukuran

Rm = return pasar selama jangka waktu pengukuran

βp = Risiko sistemaik selama jangka waktu pengukuran

Makin tinggi nilai α positif, makin baik kinerjanya.

Sumber : http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/santi.pdf

Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini pemodal mengadakan penilaian terhadap kinerja portofolionya, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar bahwa suatu portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik daripada portofolio lainnya karena adanya faktor risiko yang perlu dimasukkan juga.

Dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio berhubungan dengan dua persoalan mendasar yaitu :

  1. Penentuan apakah manajer investasi menambah nilai terhadap portofolio dengan pembanding (Benchmark).
  2. Penentuan perhitungan tingkat pengembalian tersebut.

Sedangkan pemilihan hasil kinerja tersebut ke berbagai hasil yang memberikan alasan mengapa hasil tersebut dicapai disebut dengan Analisis Pemilihan Kinerja (performance attribution analysis). Intinya, dari evaluasi kinerja portofolio yaitu menghitung tingkat pengembalian yang di peroleh baik melalui keahlian yang dimiliki atau faktor keberuntungan serta membandingkannya dengan pembanding yang disepakati sejak awal.

Dimana

RA = Rata-rata tingkat pengembalian aritmatika

Rpk = Tingkat pegemabalian pada sub periode...

N = Jumlah sub-periode selama periode evaluasi

Metode Penimbang Waktu

Metode penimbang waktu mengukur tingkat pengembalian yang compound selama periode evalauasi denga asumsi seluruh pembagian kas diinvestasikan, dan sering juga disebut rata-rata tingkat pengembalian geometri.

Indeks Treynor

Treynor sebagai salah satu indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja portfolio, treynor mengasumsikan bahwa portofolio sangat diversifikasi. Oleh karena iru, Indeks Treynor menyatakan seri kinerja portofolio dihitung merupakan hasil bersih dari portofolio dengan tingkat bunga bebas resiko per unit resiko pasar portofolio tersebut dengan simbot Tp.

Tp = Rp – Rf

βp

Keterangan:

Tp = indeks Treynor

Rp= return rata-rata portofolio selama jangka waktu pengukuran

f R = return rata-rata aset bebas risiko selama jangka waktu pengukuran

βp = risiko sistematik dari portofolio selama jangka waktu pengukuran

Dengan mempertimbangkan risiko sistematik, makin tinggi nilai pengukuran Treynor, makin baik kinerja portofolio.

Indeks Jensen

Sebagai salah satu ukuran kinerja portofolio, jensen sangat memperhatikan CAPM dalam mengukur kinerja portofolio tersebut yang sering disebut dengan Jensen Alpha. Jensen Alpha merupakan ukuran absolut yang mengistimasi tingkat pengembalian konstan selama periode dimana memperoleh tingkat pengembalian (diatas) dari buy-hold strategy dengan risiko sistematik yang sama.

Ĵp – Rf = αp + [ Rf + (Rm – Rf ) βp]

Keterangan:

Ĵp = return portofolio selama jangka waktu pengukuran t /indeks Jensen

Αp = exess performance portofolio selama jangka waktu pengukuran

Jejak Bekicot (Snail Trail)

Sebuah metode terbaru dalam menilai kinerja portofolio untuk jangka panjang dikenal dengan metode jejak bekicot (snail trail). Metode ini sangat berbeda dengan ketiga metode yang diuraikan sebelumnnya dan sangat sederhana. Metode ini merupakan aplikasi dari risiko dan tingkat pengembalian. Risiko dan tingkat pengembalian tersebut diplot pada bentuk kuadran dimana horizontalnya menyatakan risiko dan vertikalnya menyatakan tingkat pengembalian.

Sumber : http://books.google.co.id/ (Pengelolaan Portofolio Obligasi oleh Dr.Adler Haymans Manurung,MCom,ME,ChFc,RFC

1 komentar:

Unknown mengatakan...

hmmm lumayan. tapi yang perlu diingat adalah ketiga alat investasi ini hanya mengacu kepada persamaan CAPM, sementara model asset pricing itu tidak hanya CAPM saja; dan perlu juga diklarifikasi apakah sdh dilakukan penyesuaian terhadap nilai bias beta?

Selamat Datang Di Buabuazone Nusantara | Agama Islam Terbaru : Ekonomi Syariah, Segera : Tentang Agama Islam Lainnya | Bisnis Dan Internet Terbaru : Bisnis Minyak Nilam, Segera : Tutorial Bisnis Online Lainnya | Budaya Terbaru : Budaya Jawa, Segera : Budaya Papua | Ekonomi Dan Politik Terbaru : Penjelasan Tentang Inflasi, Deflasi, Dan Bank, Segera : Perkembangan Perekonomian Indonesia | Militer Terbaru : Tentara Nasional Indonesia, Segera : Armada Perang Tentara Nasional Indonesia | Musik Terbaru : Lagu-Lagu Anti Komersil Dan Lagu-Lagu Rock Festival Indonesia, Segera : Penyanyi-Penyanyi Legenda Indonesia | Olahraga Terbaru : Liputan Seputar Piala Dunia 2010, Segera : Berita Terbaru Dan Hasil Pertandingan Terbaru Piala Dunia 2010 | Pendidikan Dan Pengetahuan Terbaru : Tarsius, Primata Terkecil Di Dunia, Segera : Informasi Tentang Ilmu Pengetahuan Lainnya | Sastra Terbaru : Kisah Si Malin Kundang, Segera : Cerita-Cerita Rakyat Lainnya | Wisata Terbaru : 10 Monumen Yang Paling Menakjubkan Di Dunia , Segera : Kota-Kota Tujuan Wisata Indonesia | Selamat Membaca Dan Tataplah Dunia Bersama Buabuazone Nusantara...^_^
 
© Copyright by Buabuazone Nusantara  |  Template by http://blogtemplate4u.com/