Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan.”
Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!”
—————————————————————————————————————————
Demikian, petikan dari novel terbaru Andrea Hirata yang berjudul Edensor, buku ketiga dari rangkaian empat novel yang dinamakan Tetralogi Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov). .
Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa untuk sekolah di Inggris dan Perancis. Dalam novel Edensor, Andrea semakin mapan dengan ciri khasnya, mengelola kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan berbalut pandangan-pandangan yang penuh intelejensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut (yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong) tiba-tiba berada di Paris. Seperti novel-novel Andrea sebelumnya Edensor memiliki kekuatan filosofis yang menebarkan semangat dan inspirasi bagi pembacanya.
Novel-novel Andrea ditulis dengan gaya realis dan berhasil mencuri perhatian masyarakat secara luas melalui kekuatan cerita, pesan-pesan moral, dan metafora yang memikat. Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi tercatat sebagai novel-novel best seller saat ini, bahkan novel Laskar Pelangi merupakan novel Indonesia pertama yang mampu mencapai best seller di luar negeri dan akan segera pula difilmkan.
Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua di kampungnya, yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung.
Namun, saat ia meluncurkan novel pertamanya Laskar Pelangi, Andrea Hirata Seman, sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris, tak pernah berpikir namanya akan menjadi pembicaraan orang terutama dari komunitas buku. Menurut pemuda kelahiran 24 Oktober ini, awalnya dia hanya ingin menjadi ekonom yang dapat menularkan ilmunya bagi bangsa dan negaranya. Seluruh novel yang ditulisnya terinspirasi dari kisah nyata atau memoar dari kehidupannya sendiri. (http://news.indosiar.com/news_read.htm?id=60731)
Edensor Gegar Budaya di Negeri Orang Dalam Edensor, disematkan unsur filosofi yang merupakan jawaban dari pertanyaan kehidupan. Kehidupan seolah digambarkan sebagai sebuah mozaik, terdiri dari kepingan-kepingan semangat yang tidak putus oleh rintangan” Kompas, 30 Maret 2007 (http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/30/jateng/50836.htm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar