Sepeninggal istrinya, Khadijah, dan pamanya, Abu Thalib, tekanan kaum Quraisy atas diri Nabi Muhammad saw dan pengikutnya makin kuat , dan keras. Pelindung Nabi paling utama telah tiada, oleh karenanya benteng perlindungan Nabi menjadi makin rapuh. Pernah suatu kali, Nabi sedang shalat di Masjidil Haram, kafir Quraisy dengan semena-mena menimpakan kotoran unta kepada tubuh Nabi. Hal serupa tidak mungkin tejadi, ketika Abu Thalib masih hidup.
Akhirnya, Nabi pulang. Demi melihat “manusia suci” dihinakan seperti ini, putrinya Fatimah Az-Zahra’ tak tega melihatnya, menjerit, menagis, lantas bergegas membersihkan tubuh ayahandanya. Itu hanya salah satu contoh peristiwa saja. Dalam situasi serba ini Nabi lantas mencoba mengalihkan dakwahnya ke daerah Thaif, wilayah subur tempat bersemainya kebun anggur.
Madu yang didamba, ternyata racun yang dirasa. Orang Thaif justru lebih galak dan bengis dibanding penduduk Makkah. Mereka bukan saja menolak dakwah Nabi Muhammad saw, melainkanmengusir paksa, melempari Nabi dengan batu dan atau benda apa pun yang mereka mau. Darah bercucuran membasahi muka Nabi dan kakinya, akibat ada batu yang mampir mengenai pelipis Nabi. Tubuh Nabi lebam-lebam akibat brnturan batu yang menimpa badan. Akhirnya Nabi, lari menghindari hardikan, cemoohan, dam terutama lemparan.
Rasulullah lantas bersembunyi di sebuah kebun anggur milik orang kaya asal Makkah bernama Rabiah. Darah bercampur debu telah melimuri tubuh dan pakaian Nabi. Melihat kondisi Nabi yang sangat memprihatinkan dan dihinakan, malaikat Jibril datang, menawarkan jasa untuk memberikan hukuman kepada masyarakat Thaif yang bengis dan kejam, dengan menimpakan satu dua bua dunug kepada mereka.
Tapi apa jawab Nabi, “Jangan engkau lakukan wahai Jibril. Mereka memperlakukan aku seperti itu karena mereka tidak tahu. Saya berharap suatu saat keturunan mereka akan menjadi pengikutku.” Subhanallah, inilah manusia tersabar di dunia, dan tiada bandingnya. Anak pemilik kebun ketika menjumpai Nabi Muhammad saw, merasa tak tega melihat kondisi manusia yang terkenal luhur budi ini. Alasannya, bukan semata-mata berasal dari Makkah, bukan karena Nabi nerasal dari keluarga terhormat, melainkan siapapun orangnya (kafir ataupun Islam) sama-sama mengakui betapa Nabi punya pekerti tang tinggi dan luhur budi. Anak pemilk kebun yang buka Islam itu lantas memanggil pembantunya agar memberi makan dan minuman kepada Nabi.
Ketika Nabi Muhammad saw hendak minum, beliau mengucap, “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Pembantu yang bernama Adas asal negeri Nainawah itu terbelalak, sebab kalimat itu hanya mungkin diucapkan oleh penganut agama samawi (agama langit), seperti yang dia yakini. Pembantu yang beragama Kristen itupun lantas bertanya banyak hal, dan Nabi pun menceritakan segala hal, mulai dari siapa dirinya dan apa misi yang diembannya. Adas paham betul ajaran Injil yang asli, sehingga tahu benar tentang datangnya seorang Nabi lengkap dengan cirri-ciri orang dan ajarannya. Ia akhirnya mengikrarkan keIslamannya di hadapan Nabi.
(Sumber : Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, Jakarta.)
Akhirnya, Nabi pulang. Demi melihat “manusia suci” dihinakan seperti ini, putrinya Fatimah Az-Zahra’ tak tega melihatnya, menjerit, menagis, lantas bergegas membersihkan tubuh ayahandanya. Itu hanya salah satu contoh peristiwa saja. Dalam situasi serba ini Nabi lantas mencoba mengalihkan dakwahnya ke daerah Thaif, wilayah subur tempat bersemainya kebun anggur.
Madu yang didamba, ternyata racun yang dirasa. Orang Thaif justru lebih galak dan bengis dibanding penduduk Makkah. Mereka bukan saja menolak dakwah Nabi Muhammad saw, melainkanmengusir paksa, melempari Nabi dengan batu dan atau benda apa pun yang mereka mau. Darah bercucuran membasahi muka Nabi dan kakinya, akibat ada batu yang mampir mengenai pelipis Nabi. Tubuh Nabi lebam-lebam akibat brnturan batu yang menimpa badan. Akhirnya Nabi, lari menghindari hardikan, cemoohan, dam terutama lemparan.
Rasulullah lantas bersembunyi di sebuah kebun anggur milik orang kaya asal Makkah bernama Rabiah. Darah bercampur debu telah melimuri tubuh dan pakaian Nabi. Melihat kondisi Nabi yang sangat memprihatinkan dan dihinakan, malaikat Jibril datang, menawarkan jasa untuk memberikan hukuman kepada masyarakat Thaif yang bengis dan kejam, dengan menimpakan satu dua bua dunug kepada mereka.
Tapi apa jawab Nabi, “Jangan engkau lakukan wahai Jibril. Mereka memperlakukan aku seperti itu karena mereka tidak tahu. Saya berharap suatu saat keturunan mereka akan menjadi pengikutku.” Subhanallah, inilah manusia tersabar di dunia, dan tiada bandingnya. Anak pemilik kebun ketika menjumpai Nabi Muhammad saw, merasa tak tega melihat kondisi manusia yang terkenal luhur budi ini. Alasannya, bukan semata-mata berasal dari Makkah, bukan karena Nabi nerasal dari keluarga terhormat, melainkan siapapun orangnya (kafir ataupun Islam) sama-sama mengakui betapa Nabi punya pekerti tang tinggi dan luhur budi. Anak pemilk kebun yang buka Islam itu lantas memanggil pembantunya agar memberi makan dan minuman kepada Nabi.
Ketika Nabi Muhammad saw hendak minum, beliau mengucap, “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Pembantu yang bernama Adas asal negeri Nainawah itu terbelalak, sebab kalimat itu hanya mungkin diucapkan oleh penganut agama samawi (agama langit), seperti yang dia yakini. Pembantu yang beragama Kristen itupun lantas bertanya banyak hal, dan Nabi pun menceritakan segala hal, mulai dari siapa dirinya dan apa misi yang diembannya. Adas paham betul ajaran Injil yang asli, sehingga tahu benar tentang datangnya seorang Nabi lengkap dengan cirri-ciri orang dan ajarannya. Ia akhirnya mengikrarkan keIslamannya di hadapan Nabi.
(Sumber : Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, Jakarta.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar