A. MASALAH
1. Masalah dan Cara Pemecahan
Seperti telah dikemukan bahwa pada dasarnya peneltian itu dilakukan guna mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang dilakukan selalu berangkat dari masalah. Seprti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik peneltian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat komponen keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988:25). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka pekerjaan penelitian 50% telah selesai.
Hubungan antara ketetapan memilih masalah dan cara pemecahan yaitu pada table berikut:
Ketetapan masalah Ketetapan cara pemecahan
1 . Masalah benar cara pemecahan benar
2 . Masalah benar cara pemecahan salah
3 . Masalah salah cara pemecahan benar
4 . Masalah salah cara pemecahan salah
Berdasarkan table tersebut, maka yang paling baik adalah yang pertama, pemilihan masalah benar, dan pemecahanya juga benar. Kedua masalah benar benar pemecahan salah. Ketiga masalahnya salah dan tetapi cara penyelesainya benar. Keempat masalah dan cara pemecahanya salah.
2. Sumber Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stonner (1982:257) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui bila :
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan.
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
c. Ada pengaduan.
d. Ada kompetisi.
3. Rumusan Masalah Yang Baik
Fraenkel dan Wallen (1990:22) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah:
a. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicariklan jawabanya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
b. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itun harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
d. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan denagn hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan agama.
4. Bentuk-bentuk Masalah Penelitian
Bentuk-bentuk penetian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi yang tertera dapat di kelompokan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a. Permasalahan Deskriptif
Pemasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih (variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam penetian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu pada sample yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable lain. Sontoh masalahnya seperti seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan di di PT.Samudera dsb.
b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sample yang berbeda. Contoh masalahnya seperti pertanyaan yaitu adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri, BUMN, dan swasta?(satu variable tiga sampel).
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1) Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubunga antara dua variable atau lebih yang kebetualan muncul bersama. Jadi bukan hubunga kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalahnya seperti adakah hubungan bunyi burung prenjak dengan tamu yang datang? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunti burung seperti pada kepercayaan di pedesaan Jawa Tengah.
2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubunga bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Contohnya seperti adakah pengaruh system penggajian terhadap prestasi kerja?.
3) Hubungan Interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalahhubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contohnya seperti hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
B. VARIABEL PENELITIAN
1. Pengertian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu dengan yang lasin atau satu obyek dengan obyek lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atibut-atribut dari obyek. Bahan baku pabrik, teknologi rpoduksi, pengendaluian mutu, pemasaran, advertensi, nilai penjualan, keuntungan adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan maupun bisnis.
2. Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel Independen: atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen: atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juda sebagai variabel independen kedua.
d. Variabel Intervening: adalah variabel secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan Memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak diamati dan diukur.
e. Variabel Kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan peneliti, bikla akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
1. Masalah dan Cara Pemecahan
Seperti telah dikemukan bahwa pada dasarnya peneltian itu dilakukan guna mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang dilakukan selalu berangkat dari masalah. Seprti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik peneltian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat komponen keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988:25). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka pekerjaan penelitian 50% telah selesai.
Hubungan antara ketetapan memilih masalah dan cara pemecahan yaitu pada table berikut:
Ketetapan masalah Ketetapan cara pemecahan
1 . Masalah benar cara pemecahan benar
2 . Masalah benar cara pemecahan salah
3 . Masalah salah cara pemecahan benar
4 . Masalah salah cara pemecahan salah
Berdasarkan table tersebut, maka yang paling baik adalah yang pertama, pemilihan masalah benar, dan pemecahanya juga benar. Kedua masalah benar benar pemecahan salah. Ketiga masalahnya salah dan tetapi cara penyelesainya benar. Keempat masalah dan cara pemecahanya salah.
2. Sumber Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stonner (1982:257) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui bila :
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan.
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
c. Ada pengaduan.
d. Ada kompetisi.
3. Rumusan Masalah Yang Baik
Fraenkel dan Wallen (1990:22) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah:
a. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicariklan jawabanya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
b. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itun harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
d. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan denagn hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan agama.
4. Bentuk-bentuk Masalah Penelitian
Bentuk-bentuk penetian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi yang tertera dapat di kelompokan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a. Permasalahan Deskriptif
Pemasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih (variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam penetian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu pada sample yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable lain. Sontoh masalahnya seperti seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan di di PT.Samudera dsb.
b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sample yang berbeda. Contoh masalahnya seperti pertanyaan yaitu adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri, BUMN, dan swasta?(satu variable tiga sampel).
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1) Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubunga antara dua variable atau lebih yang kebetualan muncul bersama. Jadi bukan hubunga kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalahnya seperti adakah hubungan bunyi burung prenjak dengan tamu yang datang? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunti burung seperti pada kepercayaan di pedesaan Jawa Tengah.
2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubunga bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Contohnya seperti adakah pengaruh system penggajian terhadap prestasi kerja?.
3) Hubungan Interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalahhubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contohnya seperti hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
B. VARIABEL PENELITIAN
1. Pengertian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu dengan yang lasin atau satu obyek dengan obyek lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atibut-atribut dari obyek. Bahan baku pabrik, teknologi rpoduksi, pengendaluian mutu, pemasaran, advertensi, nilai penjualan, keuntungan adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan maupun bisnis.
2. Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel Independen: atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen: atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juda sebagai variabel independen kedua.
d. Variabel Intervening: adalah variabel secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan Memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak diamati dan diukur.
e. Variabel Kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan peneliti, bikla akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Kerangka Pikiran
A. PengertianKerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka (teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu) dan digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat
Jadi kerangka pikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting ( Sekaran, 1992:63 ). Untuk membuktikan kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian-penelitian pada umumnya, peneliti dituntut untuk kreatip, berusaha mengenali (identify) dan memeriksa lebih cermat variabel-variabel yang belum dengan jelas dirumuskan dalam teori (non theoritical variables).
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa,kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka Berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variable yang akan diteliti.Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variable independent dan dependen.Bila dalam penelitian ada moderator dan intervening,maka juga perlu dijelaskan,mengapa variable itu perlu dilibatkan dalam penelitian.Pertautan antara variable tersebut,selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian.Oleh karena itu pada setiap penelitian paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua atau lebih.Apabila penelitian hanya membahas sebuah variable atau lebih secara mandiri,maka dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variable,juga argumentasi terhadap variasi besaran variable yang diteliti (Sapto Haryoko,1999).
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek pemasalahan.(Suriasumantri,1986).Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bias menyakinkan sesame ilmuwan,adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variable yang disusun dan berbagai teori yang telah dideskripsikan.Berdasarkan teori-teori yang telah diseskripsikan tersebut,selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variable yang diteliti.Sintesa tentang hubungan variable tersebut,selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Menetapkan variable yang diteliti.
Untuk menentukan kelompok teoti apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis,maka harus ditetapkan terlebih dulu variable penelitiannya.Berapa jumlah variable yang diteliti, dan apakah nama setiap variable,merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dab Hasil Penelitian (HP)
Setelah variable ditentukan,maka langkah berikutya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan.Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,ensiklopedia,dan kamus.Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah,laporan penelitian jurnal ilmiah,Skripsi,Tesis,dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buu dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenan dengan variable yang diteliti.Seperti telah dikemukakan,deskripsi teori berisi tentang,definisi terhadap masing-masing variable,dan kedudukan antara variable satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis Krisis Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti malakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori hasil penelitian yang telah dikemukakan.Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak,karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis Komperatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komperatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain,dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.Melalui analisis komperatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain,atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa/kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komperatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variable yang diteliti,selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara.Perpaduan sintesa antara variable satu dengan yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik,memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Variabel-variabel yang akan ditieliti harus dijelaskan
2) Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variable yang diteliti,dan ada teori yang mendasari.
3) Diskusi juga dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variable itu posotif atau negative,berbentuk simetris,kausal atau interaktif (timbale balik)
4) Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu ditanyakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian),sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berfikir yang dikemukakan dalam penelitian.
B. Fungsi Kerangka Pikiran
Membantu dan mendorong peneliti memusatkan usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel tertentu yang telah dipilihnya.
Mempermudah peneliti memahami dan menyadari kelemahan/keunggulan dari penelitian yang dilakukannya dibandingkan penelitian terdahulu.
C. Bagian-Bagian Dalam Kerangka Pikiran
Langkah-langkah menyusun kerangka pikiran :
1. Pahami keadaan objek penelitian dengan benar, sehingga dapat merumuskan masalah penelitian yang jelas dan research question yang jelas pula.
2. Pahami tujuan penelitian, dan tuliskan tujuan penelitian dengan rinci menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
3. Pelajari teori yang relevan / yang berhubungan dengan subjek penelitian Anda.
4. Pahami konsep-konsep yang diuraikan dalam teori tersebut dengan cermat. Hal ini sangat penting agar tidak membuat kekeliruan ketika menyusun kerangka fikiran dan menterjemahkan konsep menjadi variabel.
5. Pelajari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Anda (tujuannya, pendekatannya, sampling, variabel-variabel utama, instrumen penelitian, metode analisa data, kesimpulan dan implikasinya). Usahakan mencari minimal 3 (tiga) hasil penelitian yang relevan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
6. Kembangkan pengetahuan yang diperoleh dari ad.3 berdasar keyakinan/pengetahuan peneliti sendiri, untuk menyusun kerangka fikiran (kerangka konseptual) penelitian yang diharapkan dapat menjawab research questions penelitian tersebut.
Dalam membangun kerangka fikiran sebuah penelitian, ada 4 (empat) hal yang perlu diperhatikan :
1. Variabel-variabel utama penelitian harus jelas
2. Hubungan antara variabel harus jelas (fungsi dan arahnya à variabel mana yang dependent dan mana yang independent, serta bagaimana keadaan dan arah hubungan tersebut
3. Argumentasi mengapa variabel-variabel penelitian yang telah dipilih tersebut mempunyai hubungan tertentu (seperti yang dinyatakan dalam hipotesa)
4. Ada bagan dari kerangka fikiran tersebut (schematic diagram of the theoritical framework). Bagan seperti ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang hubungan antar variabel penelitian secara teoritis.
Teori adalah serangkaian konsep serta hubungan antar konsep yang diasumsikan ada (Selltiz, 1996 : 16). Theory = a conceptual scheme based on foundational statements or axioms, that are assumed to be true (Malhotra, 2004 : 47). Peran teori adalah Menjelaskan suatu phenomena tertentu dan penjelasan ini harus dapat di uji (testable).
Konsep adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak sesuatu phenomena (a technical terms for mental images).
Unsur-unsur yang harus ada dalam kerangka pikiran :
• Kegunaan dasar teori yang digunakan
• Kegunaan hubungan antar variabel
• Kejelasan sifat (nature) dan arah dari hubungan antar variabel
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa,kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka Berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variable yang akan diteliti.Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variable independent dan dependen.Bila dalam penelitian ada moderator dan intervening,maka juga perlu dijelaskan,mengapa variable itu perlu dilibatkan dalam penelitian.Pertautan antara variable tersebut,selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian.Oleh karena itu pada setiap penelitian paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua atau lebih.Apabila penelitian hanya membahas sebuah variable atau lebih secara mandiri,maka dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variable,juga argumentasi terhadap variasi besaran variable yang diteliti (Sapto Haryoko,1999).
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek pemasalahan.(Suriasumantri,1986).Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bias menyakinkan sesame ilmuwan,adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variable yang disusun dan berbagai teori yang telah dideskripsikan.Berdasarkan teori-teori yang telah diseskripsikan tersebut,selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variable yang diteliti.Sintesa tentang hubungan variable tersebut,selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Menetapkan variable yang diteliti.
Untuk menentukan kelompok teoti apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis,maka harus ditetapkan terlebih dulu variable penelitiannya.Berapa jumlah variable yang diteliti, dan apakah nama setiap variable,merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dab Hasil Penelitian (HP)
Setelah variable ditentukan,maka langkah berikutya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan.Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,ensiklopedia,dan kamus.Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah,laporan penelitian jurnal ilmiah,Skripsi,Tesis,dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buu dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenan dengan variable yang diteliti.Seperti telah dikemukakan,deskripsi teori berisi tentang,definisi terhadap masing-masing variable,dan kedudukan antara variable satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis Krisis Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti malakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori hasil penelitian yang telah dikemukakan.Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak,karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis Komperatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komperatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain,dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.Melalui analisis komperatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain,atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa/kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komperatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variable yang diteliti,selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara.Perpaduan sintesa antara variable satu dengan yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik,memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Variabel-variabel yang akan ditieliti harus dijelaskan
2) Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variable yang diteliti,dan ada teori yang mendasari.
3) Diskusi juga dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variable itu posotif atau negative,berbentuk simetris,kausal atau interaktif (timbale balik)
4) Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu ditanyakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian),sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berfikir yang dikemukakan dalam penelitian.
B. Fungsi Kerangka Pikiran
Membantu dan mendorong peneliti memusatkan usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel tertentu yang telah dipilihnya.
Mempermudah peneliti memahami dan menyadari kelemahan/keunggulan dari penelitian yang dilakukannya dibandingkan penelitian terdahulu.
C. Bagian-Bagian Dalam Kerangka Pikiran
Langkah-langkah menyusun kerangka pikiran :
1. Pahami keadaan objek penelitian dengan benar, sehingga dapat merumuskan masalah penelitian yang jelas dan research question yang jelas pula.
2. Pahami tujuan penelitian, dan tuliskan tujuan penelitian dengan rinci menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
3. Pelajari teori yang relevan / yang berhubungan dengan subjek penelitian Anda.
4. Pahami konsep-konsep yang diuraikan dalam teori tersebut dengan cermat. Hal ini sangat penting agar tidak membuat kekeliruan ketika menyusun kerangka fikiran dan menterjemahkan konsep menjadi variabel.
5. Pelajari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Anda (tujuannya, pendekatannya, sampling, variabel-variabel utama, instrumen penelitian, metode analisa data, kesimpulan dan implikasinya). Usahakan mencari minimal 3 (tiga) hasil penelitian yang relevan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
6. Kembangkan pengetahuan yang diperoleh dari ad.3 berdasar keyakinan/pengetahuan peneliti sendiri, untuk menyusun kerangka fikiran (kerangka konseptual) penelitian yang diharapkan dapat menjawab research questions penelitian tersebut.
Dalam membangun kerangka fikiran sebuah penelitian, ada 4 (empat) hal yang perlu diperhatikan :
1. Variabel-variabel utama penelitian harus jelas
2. Hubungan antara variabel harus jelas (fungsi dan arahnya à variabel mana yang dependent dan mana yang independent, serta bagaimana keadaan dan arah hubungan tersebut
3. Argumentasi mengapa variabel-variabel penelitian yang telah dipilih tersebut mempunyai hubungan tertentu (seperti yang dinyatakan dalam hipotesa)
4. Ada bagan dari kerangka fikiran tersebut (schematic diagram of the theoritical framework). Bagan seperti ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang hubungan antar variabel penelitian secara teoritis.
Teori adalah serangkaian konsep serta hubungan antar konsep yang diasumsikan ada (Selltiz, 1996 : 16). Theory = a conceptual scheme based on foundational statements or axioms, that are assumed to be true (Malhotra, 2004 : 47). Peran teori adalah Menjelaskan suatu phenomena tertentu dan penjelasan ini harus dapat di uji (testable).
Konsep adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak sesuatu phenomena (a technical terms for mental images).
Unsur-unsur yang harus ada dalam kerangka pikiran :
• Kegunaan dasar teori yang digunakan
• Kegunaan hubungan antar variabel
• Kejelasan sifat (nature) dan arah dari hubungan antar variabel
Download Selengkapnya Rangkuman Di Atas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar