PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT. KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL, Tbk PERIODE 2004-2008
OLEH :
ADITYA RIEZKAN WAHDINE
NIM : C1B106072
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai perusahaan baik kecil maupun besar sudah merupakan fenomena yang biasa. Fenomena ini mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan bagi perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk selalu meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, yaitu produk mereka akan tergusur dari pasar apabila perusahaan gagal meningkatkan mutu dan kualitas produk-produk yang dihasilkan. Selain itu penguasaan teknologi dan kemampuan komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk terus dapat bertahan dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa depan. Dengan semakin ketatnya persaingan di era globalisasi ini, Perusahaan dituntut untuk dapat bertahan untuk menghadapi semakin ketatnya persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, harus dapat meningkatkan kinerja perusahaan demi kelangsungan usahanya.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang stabil akan berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan produk perusahaan, yang akhirnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Kinerja dari suatu perusahaan dapat menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan tersebut. Fungsi dari pengukuran kinerja adalah sebagai alat bantu bagi manajemen perusahaan dalam proses pengambilan keputusan, juga untuk memperlihatkan kepada investor maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan mempunyai kredibilitas yang baik. Apabila perusahaan mempunyai kredibilitas yang baik, maka hal itu akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya.
Untuk dapat mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek non keuangan dan aspek keuangan. Dari aspek non-keuangan, kinerja dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kejelasan pembagian fungsi dan wewenang dalam struktur organisasinya, mengukur tingkat kualitas sumber daya yang dimilikinya, mengukur tingkat kesejahteraan pegawai dan karyawannya, mengukur kualitas produksinya, mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan serta dengan mengukur tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial sekitarnya.
Namun penilaian kinerja melalui aspek non-keuangan ini relatif lebih sulit dilakukan, karena penilaian tersebut tergantung dari pihak penilaian, dimana penilaian dari satu orang akan berbeda dengan hasil penilaian orang lain. Sehingga dalam penilaian kinerja kebanyakan menggunakan aspek keuangan, dan pada umumnya banyak yang beranggapan bahwa keadaan keuangan akan mencerminkan keadaan seutuhnya kinerja sebuah perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya menggunakan anaslisis likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Kelebihan pengukuran dengan metode tersebut adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran atau estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat.
Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk yang didirikan pada tahun 1973 merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi alat-alat rumah tangga yang meliputi Industri barang-barang logam berlapis email, alumunium, dan barang-barang plastik dan kerajinan tangan terutama alat-alat dapur serta alat-alat rumah tangga yang dioperasikan secara elektronik serta anak perusahaan (PT. Kedawung Setia Corrugated Carton Box Industrial) yang memproduksi kotak karton bergelombang. PT. Kedawung Setia Industrial Tbk merupakan salah satu pemain besar perusahaan Indonesia yang memproduksi alat-alat rumah tangga yang masih bertahan diantara produk-produk buatan China yang membanjiri pasaran.
PT. Kedawung Setia Industrial Tbk sebagai salah satu pemain besar produsen industri alat rumah tangga enamel di Indonesia, sudah tentu mempunyai laporan keuangan, laporan keuangan merupakan salah satu informasi untuk menganalisa keadaan perusahaan di masa akan datang, laporan keuangan diharapkan dapat memberi informasi tentang keadaan perusahaan dari hasil-hasil usaha yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan itu. Informasi akan menjadi komoditi yang sangat penting saat ini, sebab setiap pengambilan keputusan harus didasari pada informasi yang akurat.
Berikut merupakan gambaran data keuangan perusahaan periode 2004-2008 yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan :
Tabel 1.1
Data Perusahaan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk Tahun 2004-2008
Tahun | Penjualan Bersih (dalam juta rupiah) | Perubahan (%) | Laba/Rugi Bersih (dalam juta rupiah) | Perubahan (%) |
2004 | 542.744 | - | (22.697) | - |
2005 | 631.078 | 16,27% | (7.397) | 67,41% |
2006 | 657.923 | 4,25% | 7.351 | 199,38% |
2007 | 922.557 | 40,22% | 14.500 | 97,25% |
2008 | 1.078.022 | 16,85% | 5.716 | -60,58% |
Sumber : Laporan Keuangan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk Tahun 2004-2008 dari situs www.idx.co.id
Dilihat dari data perusahaan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk bahwa penjualan bersih dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2004 dan 2005 perusahaan mengalami kerugian, dan pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan laba bersih dari Rp. 14,5 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 5,7 milyar pada tahun 2008. Hal ini yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk meneliti PT. Kedawung Setia Industrial Tbk karena latar belakang perusahaan sebagai salah satu produsen peralatan masak enamel terbesar di Indonesia dan terus mengalami peningkatan penjualan setiap tahunnya dilihat dari rasio likuiditas dan rasio rentabilitasnya. Dengan menggunakan rasio keuangan tersebut dari sisi likuiditasnya apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dan dari sisi rentabilitasnya ingin melihat seberapa besar potensi dari laba bersih yang dihasilkan dari penjualan serta ingin melihat potensi keuntungan bagi pemegang saham yang dihasilkan oleh laba bersih.
Pendapatan terbesar perusahaan berasal dari penjualan kotak karton bergelombang, yaitu 85% dari total penjualan perusahaan, sedangkan 15% sisanya dihasilkan dari penjualan alat rumah tangga enamel. Penjualan kotak karton bergelombang dan alat rumah tangga enamel merupakan segmen bisnis utama PT. Kedawung Setia Industrial Tbk yang juga merupakan penyumbang pendapatan terbesar perseroan. Selain produk utama yaitu alat rumah tangga enamel dan kotak karton bergelombang, Kedawung Setia Industrial juga memasarkan segmen bisnis lainnya seperti tikar, tempat telur, dan ebonit.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan sebesar 4-5 persen akan ditopang perrmintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. Dengan demikian diyakini industri alat rumah tangga, sebagai produk utama perseroan, tetap akan tumbuh. Jumlah penduduk yang mencapai 200 juta jiwa, dengan lebih dari 50 juta keluarga di Indonesia tetap menjadi pasar potensial perseroan. Sehingga penjualan perseroan diperkirakan akan tetap tumbuh positif, (www.pefindo.com).
Untuk penjualan kotak karton bergelombang yang di jalankan anak perusahaan yakni PT. Kedawung Setia Corrugated Carton Box Industrial (CCB) sebagai penyumbang terbesar pendapatan perusahaan merupakan market leader untuk daerah Jawa Timur yakni sebesar 35%, dengan konsumen terbesar bergerak dalam industri rokok dan tembakau. Sedangkan untuk skala nasional, CCB memiliki pangsa pasar yang cukup signifikan yakni sebesar 19%. Dengan kapasitas terpasang 15.000 ton/bulan, CCB tidak dapat memenuhi semua permintaan yang ada. Oleh karena itu, untuk saat ini CCB memfokuskan penerimaan order pembelian dari perusahaan yang memberikan marjin yang besar dalam hal volume produksi dan harga, (www.pefindo.com).
Analisis terhadap laporan keuangan memerlukan suatu ukuran dan cara, di mana dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Perusahaan dapat menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan rasio-rasio keuangannya selama beberapa tahun untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Selain itu, dengan melakukan analisis terhadap rasio keuangan pihak manajemen dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat demi kelangsungan perusahaannya.
Mengingat pentingnya analisa rasio tersebut bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis likuiditas dan rentabilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk selama tahun 2004-2008 berdasarkan analisis likuiditas dan rentabilitas?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk selama tahun 2004-2008 berdasarkan analisis likuiditas dan rentabilitas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian digunakan untuk memperdalam pengetahuan dibidang manajemen keuangan khususnya menganalisa kinerja keuangan perusahaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak manajemen, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan..
b. Bagi peneliti, untuk memperdalam pengetahuan dibidang manajemen keuangan, terutama yang berkaitan dengan analisis likuiditas dan rentabilitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan adanya keinginan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh informasi yang dapat mendukung kebijakan yang akan diambil.
Munawir (2007 : 5) dalam Analisa laporan Keuangan yang dikutip dari Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2) dalam Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
2. Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.
3. Mamduh (2003 : 12) laporan keuangan pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-kegiatan pendanaan, dan kegiatan operasional sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan.
Analisa atas laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan atau posisi keuangan perusahaan pada suatu saat dan perubahan posisi keuangan atau kemajuan-kemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan yang bersangkutan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan.
Dwi Prastowo, Rifka Juliaty (2002 : 16) ada dua bentuk laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh perusahaan, yaitu :
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan Laba/Rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.
2.1.4 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya.
Harahap (2007 : 120 – 124) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Pemegang saham ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah, ingin mengetahui jumlah deviden yang diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan, dan ingin mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya.
2. Investor
Investor ingin melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3. Analis Pasar Modal
Analis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan.
4. Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca, laba/rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor, dan sebagainya.
5. Karyawan dan Serikat Pekerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja atau pindah dan untuk bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak.
6. Instansi Pajak
Instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga dasar untuk penindakan.
7. Pemberi Dana (Kreditur)
Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman .
8. Supplier
Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak untuk diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan.
9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
10. Langganan atau Lembaga Konsumen
Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat diuntungkan. Konsumen berhak mendapat layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya.
11. Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauhmana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan.
2.1.5 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik (Dwi Prastowo, Rifka Juliaty, 2002 : 24).
Munawir (2007 : 36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis. Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Bernstein (1983) dalam Harahap (2007 : 18) analisis laporan keuangan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
4. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
2.1.6 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2007 : 209) kegiatan yang selalu lazim dilakukan dalam analisis laporan keuangan dari berbagai teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung rasio, indeks, perbedaan, kenaikan, penurunan, atau persentase.
2. Membandingkan laporan keuangan baik dengan menggambarkannya, membuat indeks, membuat angka asli. Angka ini dibandingkan dengan : periode sebelumnya, perusahaan sejenis, industrial norm (rasio rata-rata industri).
3. Menilai angka-angka : kenaikan, perbedaan dengan lainnya, penurunan atau rasio lainnya.
4. Menganalisis hubungan satu sama lain atau mencari kemungkinan penyebab persoalan yang menyebabkan perbedaan penurunan/kenaikan.
5. Menghubungkan antara satu data dengan data lain baik antara data kuantitatif dengan data kualitatif misalnya antara kenaikan penjualan dengan kenaikan biaya. Antara data kuantitatif dengan data kualitatif misalnya antara angka penjualan dengan kondisi ekonomi nasional.
6. Menggunakan model atau rumus-rumus tertentu dengan menggunakan metode interpelasi, mengujinya sekaligus melihat hasilnya dan membandingkannya dengan kenyataan yang terjadi.
2.1.7 Analisis Rasio Keuangan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan penilaian terhadap sesuatu dengan menggunakan berbagai metode dan standarisasi. Begitu juga untuk penilaian suatu perusahaan, kita dapat melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu metode yang dikenal adalah analisis rasio.
Harahap (2007 : 297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.
Sugiono (2009 : 64) yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Berdasarkan sumber datanya, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi :
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya berasal dari pos-pos yang ada di neraca.
2. Rasio-rasio laba/rugi (income statement ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya berasal dari pos-pos laba/rugi.
3. Rasio-rasio antarlaporan (inter statement ratio), yaitu gabungan dari pos-pos yang terdapat di neraca dan laba/rugi.
Di samping penggolongan tersebut, rasio juga dibuat berdasarkan tujuan dari pihak si penganalisis dalam mengevaluasi kinerja suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisnya cocok untuk memahami perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal dan populer adalah : rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas. Namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis, misalnya rasio leverage, produktivitas, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, dan sebagainya.
J. Fred Weston dalam buku Sugiono (2009 : 67 - 68), rasio-rasio keuangan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan keuangan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman.
3. Rasio Aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.
4. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.
5. Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.
6. Rasio Penilaian, bertujuan mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.
2.1.8 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2007 : 298 - 299) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti :
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio
d. Metode pencatatan yang tergambar pada dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.1.9 Rasio Likuiditas
Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa dikarenakan perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga atau menjual sediaan atau aktiva lainnya.
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas.
Banyak pakar ekonomi yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian likuditas, antara lain :
1. Harahap (2007 : 301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.
2. Dwi Prastowo, Rifka Juliaty (2002 : 78) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek.
3. Kasmir (2009 : 130) rasio likuiditas atau rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek).
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang akan jatuh tempo melalui sumber informasi tentang modal kerja. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas yang antara lain untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih, mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang, melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode, dan untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Untuk menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur. Dalam hal ini alat ukur yang digunakan penulis untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Harahap (2007 : 301) mengemukakan bahwa rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Kasmir (2009 : 134) menyatakan bahwa rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Dalam prakteknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% atau 2 : 1 yang artinya satu rupiah utang lancar harus dijamin dengan dua rupiah aktiva lancar terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test Ratio)
Sugiono (2009 : 69) menyatakan bahwa pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini karena persediaan merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas.
Acid Test atau Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu (Dwi Prastowo, Rifka Juliaty, 2002 : 80 -81).
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang-hutangnya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Rasio yang baik umumnya adalah 100% atau 1 : 1, kurang dari ukuran tersebut dianggap kurang baik. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
2.1.10 Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah di tetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang juga dikenal dengan nama rasio rentabilitas.
Munawir (2007 : 33) menyebutkan bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
Houston dan Brigham (2001 : 89 ) rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa rentabilitas/profitabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana usaha yang dilakukan suatu perusahaan mampu menciptakan hasil kembali dari sejumlah modal dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan rasio rentabilitas dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi dengan tujuan agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil untuk beberapa periode atau beberapa periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan.
Seperti rasio-rasio lain, rasio rentabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat yang tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga pihak di luar perusahaan. Tujuan penggunaan rasio rentabilitas antara lain untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu, menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, dan untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio rentabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Menurut Harahap (2007: 304-305) beberapa jenis rasio profitabilitas dikemukakan sebagai berikut :
1. Margin Laba (Pofit Margin)
Margin laba (Profit margin) menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Rumus yang digunakan :
Margin Laba (Profit Margin) | = | | Pendapatan Bersih |
| Penjualan |
2. Return On Asset (ROA)
Rasio ini menunjukan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rumus yang digunakan :
Return On Asset (ROA) | = | | Laba Bersih |
| Total Asset |
3. Return On Equity (ROE)
Rasio ini menunjukan berapa perrsen diperoleh laba bersih diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar, (R Agus Sartono 2000;131).
Rumus yang digunakan :
Return On Equity (ROE) | = | | Laba Bersih |
| Ekuitas (Equity) |
4. Basic Earning Power
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan denga total aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Rasio ini menunjukan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dari aktiva-aktiva perusahaan, sebelum ada pengaruh dari pajak dan bunga, dan angka ini bermanfaat dalam membandingkan perusahaan-perusahaan dengan berbagai situasi pajak, (Bringham dan Houston 2006;109).
Rumus yang digunakan :
Basic Earning Power | = | | Laba sebelum Bunga dan Pajak |
| Total Aktiva |
2.1.11 Kinerja Keuangan
Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan NO.740/kmk/00/1989 tanggal 28 Juni 1989 bahwa yang dimaksud kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.
Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan pada saat tertentu dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak ukur analisis rasio yang didasarkan pada laporan keuangan. Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan dengan tujuannya untuk menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan hasil nyata yang dicapai suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu yang dapat mencerminkan tingkat kesehatan keuangan badan usaha tertentu dan dipergunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur dengan cara menganalisis laporan keuangan yang tersedia. Melalui analisis laporan keuangan, keadaan dan perkembangan finansial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan dapat diketahui, baik di waktu lampau maupun di waktu yang sedang berjalan sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan.
Dari segi manajemen keuangan, perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang baik atau tidak dapat diukur dengan (Sugiono, 2009 : 65) :
1. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) yang akan jatuh tempo(liquidity).
2. Kemampuan perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan, yaitu perbandingan antara utang dan modal (leverage).
3. Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan (Profitability).
4. Kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth), dan
5. Kemampuan perusahaan untuk mengelola aset secara maksimal (activity).
Horne dan Wachowicz (2005 : 201 – 202) mengemukakan agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio) atau indeks, yang menghubungkan data angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Agar rasio keuangan ada gunanya, maka diperlukan beberapa standar untuk perbandingan. Praktek yang umum dilakukan adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan pola rasio untuk industri atau lini bisnis di mana perusahaan beroperasi.
Masih dalam bukunya Horne dan Wachowicz (2005 : 202) analisis rasio keuangan melibatkan dua jenis perbandingan, yaitu :
1. Perbandingan Internal
Analis dapat membandingkan rasio sekarang dengan rasio dahulu dan perkiraan di masa mendatang untuk perusahaan yang sama. Misalnya rasio lancar (current ratio) untuk tahun sekarang dapat dibandingkan dengan rasio lancar akhir tahun sebelumnya.
2. Perbandingan Eksternal dan Sumber Rasio Industri
Metode ini membandingkan antara rasio suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya yang hampir sama atau dengan rata-rata industri pada suatu periode. Perbandingan semacam ini memberikan pandangan ke dalam mengenai kondisi keuangan dan kinerja relatif perusahaan.
2.2 Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Analisis Likuiditas dan Rentabilitas Ekonomi pada PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Persero Cabang Banjarbaru
Nama : Jenny Romlah (2004)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Persero Cabang Banjarbaru. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang meliputi likuiditas dan rentabilitas.
Dari hasil penelitian ini didapat Likuiditas dinyatakan Current Ratio rata-rata mendekati ketentuan rasio yang baik, Quick Ratio rata-rata sudah melebihi ketentuan rasio yang baik, namun Cash Rationya cenderung mengalami penurunan dan rasionya yang berada di bawah ketentuan rasio yang baik yaitu 50-75%. Sedangkan rentabilitas ekonomi menyatakan rasio yang rendah, berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sangat rendah.
2. Judul : Analisis Likuiditas dan Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Meubel UD. Beda Furniture
Nama : Andri Priyono (2002)
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada Perusahaan Meubel UD. Beda Furniture. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang meliputi likuiditas dan rentabilitas.
Penelitian ini mengemukakan hasilnya yaitu usaha-usaha untuk mengendalikan/memperbaiki rasio likuiditas dan rentabilitas ekonomi dengan cara mendapatkan tambahan modal sendiri yang digunakan untuk menambah aktiva lancarnya dengan neraca tahun 2002 sebagai dasar analisa, dan untuk meningkatkan rentabilitas ekonomi, dilakukan dengan memperbesar Profit margin yaitu dengan menambah Operating Expenses, sampai tingkat tertentu diusahakan tambahan penjualan/pendapatan yang lebih besar dari tambahan Operating Expenses tersebut, dan usaha untuk mempertinggi Turnover Operating Asset yang menambah modal usaha (Operating Asset) sampai pada tingkat tertentu diusahakan mencapai tambahan penjualan dan pendapatan yang jauh lebih besar dari tambahan modal usaha tersebut.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dari penelitian yang dilakukan penulis, yaitu sama-sama melakukan analisis likuiditas dan rentabilitas yang dilakukan oleh perusahaan, untuk menjadikan bahan pertimbangan di masa yang akan datang mengenai kebijakan-kebijakan finansial, sedangkan perbedaannya terdapat pada objek dan tahun penelitian yang diteliti.
2.3 Kerangka Pikir
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT. Kedawung Setia Industrial Tbk yang berupa neraca dan laporan laba rugi periode 2004-2008, dari data laporan keuangan tersebut akan dihitung menggunakan analisis rasio likuiditas dan rentabilitas.
Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar pada PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.
Rentabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajamen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan, modal sendiri dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2004 dan 2005, dan pada tahun 2006 perusahaan berhasil menghasilkan laba. Profit perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan 2007, sedangkan pada tahun 2008 profit perusahaan mengalami penurunan. Setelah dihitung selanjutnya dibandingkan hasil rasionya untuk menentukan bagaimana kinerja keuangan perusahaan.
Analisis Rasio Industri Analisis Rasio Keuangan PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Rentabilitas Laporan Keuangan Periode 2004-2008 PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk.
KERANGKA PIKIR
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang berrsifat kuantitatif karena penelitian ini berkaitan dengan objek penelitian yaitu pada perusahaan dengan kurun waktu tertentu dengan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi yaitu data dari laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang dikeluarkan oleh situs idx.co.id. Data yang dikumpulkan tersebut berupa laporan keuangan perusahaan untuk periode lima tahun terakhir yakni tahun 2004-2008.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data yang penulis kumpulkan dalam bentuk angka-angka absolute dari laporan keuangan (Neraca/Laba Rugi) perusahan industri alat rumah tangga Kedawung Setia Industrial tahun 2004-2008.
3.4 Sumber Data
Data penelitian yang digunakan merupakan data sekunder. Data yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak ketiga atau melalui dokumen (Sugiyono, 2004:129). Sumber data penelitian ini diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, berupa neraca dan laporan laba/rugi perusahan industri alat rumah tangga Kedawung Setia Industrial tahun 2004-2008.
3.5 Difinisi Operasional
Variabel yang akan digunakan dalam peneltian kali ini adalah rasio keuangan yaitu Likuiditas dan Rentabilitas. Variabel-variabel tersebut meliputi :
1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari :
a. Rasio lancar (current ratio)
b. Rasio cepat (quick ratio)
2. Rasio Rentabilitas yang terdiri dari :
a. Margin Laba (Profit margin)
b. ROA (Return On Asset)
c. ROE (Return On Equity)
d. Basic Earning Power
3.5.1. Likuiditas
Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Perusahaan dikatakan dalam keadaan likuid apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya. Ada beberapa macam rasio likuiditas yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan PT. Kedawung Setia Industria Tbk :
1. Rasio Lancar (Current Ratio), yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar
2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar.
3.5.2 Rentabilitas
Rentabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Ada beberapa rasio yang dapat digunakan :
1. Margin laba (Profit margin), menunjukan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
2. ROA (Return On Asset), rasio ini menunjukan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva
3. ROE (Return On Equity), rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus
4. Basic Earning Power, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian kali ini menggunakan teknik analisis deskriptif, artinya data yang diperoleh di lapangan diolah sedemikian rupa sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data yaitu dengan cara :
1. Menghitung rasio likuiditas yang terdiri dari rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio).
Perhitungan rasio ini dengan rumus :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar (Current Ratio) | = | | Aktiva Lancar |
| Utang Lancar |
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio Cepat (Quick Ratio) | = | | Aktiva Lancar - Persediaan |
| Utang Lancar |
2. Menghitung rasio rentabilitas yang terdiri dari margin laba (profit margin), ROA (return on asset), ROE (return on equity), dan basic earning power.
Perhitungan rasio ini dengan rumus :
a. Margin Laba (Profit Margin)
Margin Laba (Profit Margin) | = | | Pendapatan Bersih |
| Penjualan |
b. Return On Asser (ROA)
Return On Asset (ROA) | = | | Laba Bersih |
| Total Asset |
c. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) | = | | Laba Bersih |
| Ekuitas (Equity) |
d. Basic Earning Power
Basic Earning Power | = | | Laba sebelum Bunga dan Pajak |
| Total Aktiva |
3. Membandingkan hasil perhitungan kedua rasio dengan metode cross section untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan. Metode cross section adalah metode analisis laporan keuangan dengan perbandingan, meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Metode lintas seksi/industri (Cross Section) yang secara sistematis dapat dilakukan dengan cara sebgai berikut :
a) Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan nilai pasar :
Rkit > Rkidt- 1 ..................Kategori Sehat
b) Untuk rasio leverage :
Rkit ≤ Rkidt- 1 ..................Kategori Sehat
Keterangan :
Rkit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t
Rkidt- 1 = rasio keuangan rata-rata indistri pada periode t-1
Perhitungan rata-rata industri pada analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan metode rata-rata aritmetika dan rata-rata tertimbang. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rasio keuangan rata-rata aritmetika industri, yang dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
i = I
Keterangan :
AM = rasio rata-rata aritmetika industri
Rk = rasio keuangan perusahaan ke – i
i = perusahaan ke 1, 2, 3,……J
J = jumlah total perusahaan yang tercatat dalam sektor/industri yang diukur
4. Membandingkan hasil perhitungan kedua rasio dengan metode analisis perkembangan rasio keuangan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja perusahaan. Perhitungan perkembangan rasio ini menggunakan rumus :
IP = P1 – P0
Dimana :
P1 = Tahun Analisis
P2 = Tahun Dasar
Perkembangan rasio secara sistematis dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan nilai pasar :
Rkit > Rkidt- 1 ..................Kategori Sehat
2. Untuk rasio leverage :
Rkit ≤ Rkidt- 1 ..................Kategori Sehat
Keterangan :
Rkit = rasio keuangan perusahaan i pada periode t
Rkidt- 1 = rasio keuangan rata-rata indistri pada periode t-1
DAFTAR PUSTAKA
Andri Priyono. 2002. Analisis Likuiditas dan Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Meubel UD. Beda Furniture. Skripsi.
Bringham, E.F. & Houston, J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta
Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Horne, J.C.V. & Wachowicz, J.M. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 12 (diterjemahkan oleh Fitriasari, D & Kwary, D.A ). Salemba Empat. Jakarta
http://www.pefindo.com
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jeny Romlah. 2002. Analisis Likuiditas dan Rentabilitas Ekonomi pada PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Persero Cabang Banjarbaru. Skripsi.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.
Mamduh, M. Hanafi. 2003. Analisa Laporan Keuangan. UPP MPP YKPN. Yogyakarta.
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.
Prastowo, Dwi, Rifka Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan-Konsep dan Aplikasi. Cetakan Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Bayu Media Publishing.
Contoh Proposal Skripsi Manajemen Keuangan Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar